26.12.08

WARNA WARNI PELUKIS GRESIK DI GALLERY DKS

"Kucing Perempuanku" di Balai Pemuda

 

Surabaya, Kompas - Upaya mengembalikan fungsi Balai Pemuda memang sedang dirintis, namun kegiatan-kegiatan di bidang budaya, seperti pameran lukisan, sudah tidak asing lagi. Sebuah karya lukis berjudul Kucing Perempuanku merupakan andalan pelukis Tiko Hamzah, satu dari sembilan pelukis asal Gresik yang berpameran di Balai Pemuda Surabaya.

Para pelukis Kota Pudak ini sudah mulai berpameran tanggal 28 Agustus dan baru berakhir hari Jumat (6/9) di Gedung Merah Putih. Mereka yang ambil bagian dalam pameran bareng bertema "Warna-warni Sembilan Pelukis Gresik" ini adalah Achmad Husaini, Agus Anto, Anny Djon, B Sutopo, Hannavy, Sa'dan Abdullah, Mamad Syafi'i, Soliek Emer, dan Tiko Hamzah.

Henri Nurcahyo, pengamat seni dalam katalog pameran mengatakan, apa pun hasil yang dapat dicapai oleh para pelukis Gresik ini, setidaknya inilah potensi Gresik. Masa depan Kota Gresik bukan tidak mungkin ada di tangan mereka. "Ada semacam tantangan yang menghadang, apakah mereka berniat membuat sejarah atau menyerah untuk digilas oleh sejarah. Itu saja," katanya.

Berbagai corak lukisan mereka dipamerkan, mulai dari naturalis, realis, surealis, sampai ekspresionis-abstrak. Yang tampak menonjol antara lain karya Tiko Hamzah Kucing Perempuanku, pastel di atas kanvas, berukuran 86 cm x 100 cm. B Sutopo di antaranya menghadirkan karya berjudul Pedesaan, cat minyak di atas kanvas, berukuran 145 cm x 90 cm. Soliek Emer mengedepankan karya Kampung Nelayan, cat minyak di atas kanvas, 100 cm x 150 cm. Sedangkan Hannavy mengedepankan lukisan Ritme Sebuah Symphoni, di atas kanvas berukuran 90 cm x 110 cm.

Karya Tiko

Mencermati karya Tiko yang sehari-hari juga berprofesi sebagai penjual batu permata itu, penikmat seni rupa seolah-olah diajak untuk menikmati imaji-imaji terhadap eksotisme bentuk perempuan dengan wajah kucing berkacamata.

Romantisme sang perupa terhadap perempuan setidaknya memberikan gambaran sekilas mengenai seekor kucing yang suka mencakar dan mencuri ikan. Bisa jadi, tatkala melahirkan ide perempuan kucing itu, Tiko sedang menjalani romantika kehidupan serba romantis tetapi penuh dengan misteri yang sering membuat kaum lelaki terluka karena dicakar, misalnya.

Jika Tiko menggelorakan imaji mengenai Kucing Perempuanku, sebaliknya dengan B Sutopo dalam karyanya bertitel Alam Pedesaan yang digarap dengan apik lewat media cat minyak. Ruang karya seni yang coba dia hadirkan teramat kental dengan suasana keseharian penduduk desa, termasuk lingkungan tempat tinggal mereka yang teramat sederhana.

Mencermati karya lukis itu, penikmat seni seakan-akan mendapati estetika kehidupan penduduk dengan lingkungannya yang masih terjaga. Ada sungai di tepi jalan yang indah, sementara cikar (moda transportasi) yang ditarik dua ekor sapi memperkaya identifikasi alam pedesaan yang tradisional.

Dari ruang tradisional yang terbangun melalui karya Sutopo, penikmat seni lalu mendapat sentuhan karya bernuansa kehidupan modern ketika berhadapan dengan karya-karya Hannavy, sebagaimana karyanya berjudul Alone, media mixed berukuran 110 cm x 90 cm yang mencitrakan kehidupan perempuan masa kini. (TIF)

2 komentar: