18.5.09

DAMARKURUNG SENI TRADISI MASYARAKAT

Damar Kurung Seni Tradisi Masyarakat Senin, 27 April 2009 10:42 WIB

st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
MUNCULNYA fenomena “pembajakan” damar kurung yang akhirnya membuat keluarga masmundari berinisiatif mematenkan, disikapi reaksi Dewan Kesenian Gresik (DKG). Bahkan Ketua DKG, Kris Adji AW mengatakan, seni lukis damar kurung adalah seni tradisi masyarakat Gresik, sehingga keluarga Masmundari tidak mempunyai hak sepenuhnya mematenkan atas nama pribadi.
“Berdasarkan sejarah dalam Babad Sindujoyo bahwa damar kurung adalah seni tradisi milik masyarakat Gresik. Jadi siapapun boleh melukis damar kurung, rejeki orang itu beda-beda,” kata Kris.
Saat Masmundari masih hidup, lanjut Kris, memperbolehkan siapa saja melukis damar kurung. Karena Masmundari merasa bukan penciptanya, melainkan sebagai penerus. “Jadi, boleh-boleh saja jika damar kurung dipatenkan asalkan atas nama Gresik, bukan pribadi,” tegasnya.
Sebagai seniman, Kris menyayangkan jika seni tradisi damar kurung yang menjadi maskot kota Gresik, sedikit sekali yang meneruskan. DKG sendiri berupaya merangkul kalangan seniman muda untuk mengembangkan seni tradisi damar kurung. “Ya, minimal membuat seni damar kurung mini sebagai suvenir. Selain juga untuk terus mengembangkan seni tradisi damar kurung dalam tingkatan seni murni,” ujarnya.
Upaya menjaga seni damar kurung, Kris lebih menyukai menggunakan sebutan “mengembangkan” bukan “melestarikan”. “Kalau melestarikan karyanya hanya itu-itu saja. Tapi jika mengembangkan, pelaku diberikan kebebasan untuk mencurahkan kerakternya di lukisan damar kurung,” tambahnya.
Untuk melukis damar kurung, Kris bersama beberapa seniman di Gresik memberikan sentuhan-sentuhan baru untuk memperkaya objek dan tema-tema yang diangkat berdasarkan eranya. Misalnya anak-anak bermain video game atau kegiatan di pasar modern seperti supermarket.
Kendati setiap seniman bebas mencurahkan karakteristik, tapi aliran yang diikuti tetap sama dengan gaya lukisan damar kurung Masmundari, yakni aliran naif. “Karena maindset masyarakat tentang damar kurung adalah lukisan naif,” katanya.
Soal perhatian Pemkab Gresik akan seni tradisi yang menjadi maskot kota Gresik ini, Kris, mengamini bahwa sejauh ini memang masih kurang. “Memang sempat beberapa waktu lalu ada lomba tekstil dengan desain lukisan damar kurung di tingkat SMA. Tapi tidak ada respon dari pemerintah untuk mengembangkannya,” katanya.
Tak hanya itu, jelas Kris, penghargaan Pemkab Gresik terhadap maestro damar kurung Maskundari juga kurang. “Mestinya maestro seni tradisi tidak hanya diambil manfaatnya, tapi diberi penghargaan,” ujarnya. ”Ya, setidaknya nama sang maestro bisa diabadikan untuk nama gedung. Seperti Gedung Cak Durasim di Taman Budaya Jatim,” tegasnya. k13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar